Saturday, November 25, 2006

Kupas detik.com (babak 1)

Ahh.. Detik, website yang kita benci sekaligus kita butuhkan. Sebenci apapun, detik tidak akan tergantikan & akan tetap kita kunjungi. Detik saat ini benar-benar raja-nya media Indonesia di internet. Dikarenakan oleh wartawan-nya sepertinya tidak akan pernah lelah mengupdate berita-nya.


Iklan


Mengapa detik dibenci? Alasan pertama tentunya tak lain dan tak bukan adalah: iklan nya yang bejibun, berkelap-kerlip, bergoyang2, seolah-olah semua iklan itu berlomba-lomba memanggil-manggil untuk minta perhatian dari pembaca. Sepertinya sedang berkendara pas keluar dari pintu tol Bogor. Full iklan! Benar-benar luar biasa detik ini.


TIPS: Dengan menggunakan browser Firefox dan extension AdblockPlus, browsing di detik jadi tanpa iklan.



Iklan-iklan tersebut tak jarang juga amat mengganggu kenyamanan pembaca. Terutama di antara entry headline news. Iklan tersebut akan membesar apabila terpicu oleh mouse kita & akan mengecil apabila mouse kita menjauh (seharusnya); namun kenyataannya, iklan tersebut tetap membesar sampai menutupi berita-nya & lumayan sering juga iklan yang sudah membesar itu tidak kembali ke bentuk kecil nya setelah mouse kita pergi.

Laskar iklan detik yang dimotori oleh Optik Seis tersebut juga memilik iklan yang mengikuti layar kemana saja visitor pergi (sekarang sedang iklan speedy), duh amat mengganggu sekali yah! Jadi berasa dikejar-kejar dan diawasin.

Apabila kita bandingkan dengan situs berita semacam New York Times, tampak jelas mereka benar-benar berbisnis namun sangat mengedepankan kenyamanan pembaca dengan beriklan namun sewajarnya saja & jauh dari kesan "buas" seperti detik.


Kualitas berita


Kecepatan berita detik tidak dapat kita sangsikan, namun sayangnya tidak dibarengi dengan kecepatan berita pada detikinet yang sungguh ketinggalan (berita-berita-nya telat 2 hari yang lalu dari digg atau situs2 berita teknologi lainnya). Mungkin dikarenakan mereka hanya menyadur / menerjemahkan artikel dari situs berita IT luar negri. Namun apabila berita IT lokal, mereka memang yang tercepat untuk saat ini.

Kesalahan penulisan pengejaan (typo error) amat sering ditemukan (pada gambar disamping, jelas terlihat penulisan detukcom yang salah, menulis identitas nya saja masih bisa salah ya?). Mungkin dapat gw maklumin karena wartawan-nya sudah tidak punya waktu lagi untuk memeriksa huruf per huruf dari berita yang akan di submit. Karena pasti-nya redaktur detik lebih mengutamakan kecepatan; kesalahan ketik nomor 2. Namun tetap saja, yang namanya typo error bagi media adalah suatu kesalahan yang amat bodoh dan memalukan.

Ada pepatah, 'a picture worth a thousand words', maka itu foto pada berita amatlah penting. Namun amat mengecewakan sekaligus memalukan karena detik agak 'memaksakan' foto pada berita-berita-nya, terutama pada detikinet. Kesan asal tempel dan hanya bermodal kan situs Google-image serta efek-efek image editor minim amat terasa. Belum lagi pengepasan skala gambar yang seringkali mengorbankan skala gambar aslinya. Ditambah lagi kualitas JPEG nya yang minim, artifak & jaggiez jelas terlihat.


Teknologi & Usability

Perusahaan media beromzet 500 juta / bulan ini (gosipnya), sepertinya benar-benar terlalu sibuk mencari tempat dan ruang iklan, mereka mengorbankan usability, mengorbankan kenyamanan membaca, melupakan sisi teknologi website-nya yang sudah amat usang.

Tim website mereka mungkin jarang browsing gosip dan perkembangan teknologi website. Perkembangan dunia website 1 tahun terakhir ini amat berubah besar (revolusi Web 2.0). Website bersih, mudah digunakan, dimengerti, navigasi jelas (usability) amat dijunjung tinggi. Hal ini amatlah bertolak belakang dengan detik.

Bahkan resolusi detik saat ini masih diperuntukan untuk 800 x 600. Kalau gw ga salah ingat, resolusi tersebut identik sekali dengan jaman tahun 1995. Sekarang sudah tahun 2006, jadi detik masih tidak dapat melupakan memori 11 tahun silam. Memang masih ada yah komputer yang masih menggunakan resolusi dibawah 1024 x 768?


Teknologi backend

Peluncuran RSS pada detikinet.com sudah jauh terlambat. Disaat sebagian besar website (khususnya luar negri) sudah mengadopsinya, detik belum. Dan anehnya, sepertinya mereka amat bangga dengan terobosan yang terlambat ini. Terbukti dengan adanya entry berita pada detikinet yang membahas teknologi RSS pada saat hari perdana pengadopsian-nya.

Detikinet mengadopsi RSS juga belum sepenuhnya & terkesan irit, karena pembahasan cuplikan berita pada RSS adalah nol. Kalimat nya berbentuk sedemikian rupa (seringkali malah bertanya kepada pembaca) untuk membuat pembacanya merasa penasaran, contohnya:

Layanan Xbox Live mulai mengalami evolusi. Program tayangan televisi dan film pun disajikan melalui media ini. Seperti apa?

Intinya: ingin membaca lebih lanjut? penasaran kan? kunjungi detikinet.com untuk membaca lanjutannya dan lihatlah iklan kami.

Langkah menuju RSS yang 'separuh' ini sepertinya hanya untuk menimbulkan kesan kepada masyarakat IT Indonesia kalau detikinet dengan berita IT nya itu up to date juga terhadap teknologi. Karena dari seksi berita detik lainnya (detik.com, detikhot.com, dsb) tidak menggunakan RSS. Sudah dapat diketahui juga alasan dibalik keputusan tersebut, yaitu supaya iklan nya terlihat di browser.
Apakah mereka jangan-jangan tidak mengetahui apabila gambar / iklan pun dapat di-embed ke dalam RSS?

Ok sekian dulu babak 1 dalam pembahasan kupas detik.com. Nantikan babak selanjutnya, gw akan membahas lebih mendalam tentang sisi teknis & desain nya.

1 comment:

Motivasi Hidup Hebat said...

gitu2 tiap bulannya 1M dari advertisingnya, padahal ga jelas juga hit / viewnya :p

kita2 juga bisa punya konsep portal berita yang bagus sebenernya, sayang ga tau gimana masalah source beritanya.

g heran kenapa kek kompas, media indonesia ga bisa gilas detik, padahal jelas mereka juga punya source yang sama, apalagi kalo stasiun tv kek metro, sctv, rcti maen internet juga, blah habis dah detik :)